Minggu, 13 November 2011

PENGARUH PRODUK, HARGA DAN FAKTOR EMOSIONAL KONSUMEN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN SABUN LUX CAIR

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Konsumen memutuskan membeli dan mengkonsumsi produk bukan sekedar karena nilai fungsi awalnya, tetapi juga karena nilai sosial dan emosinya. Keputusan pembelian merupakan perilaku yang dilakukan oleh individu–individu yang berbeda. Individu adalah konsumen yang potensial untuk membeli suatu produk tertentu yang ditawarkan oleh perusahaan atau yang ditemukan di pasar. Konsumen bebas memilih produk yang dibutuhkan atau diinginkan. Pasar sebagai pihak yang menawarkan berbagai produk kepada konsumen harus dapat menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen dalam pembelian, mengetahui persepsi konsumen dalam menilai sesuatu yang berpengaruh dalam pembelian sehingga pemasar dapat merancang strategi pemasaran yang sesuai dengan keinginan konsumen.
Para pemasar biasanya mempelajari keinginan, persepsi dan prilaku belanja konsumen sasaran mereka. Studi-studi seperti ini akan memberikan petunjuk untuk mengembangkan produk-produk baru, ciri-ciri produk, harga saluran dan unsur bauran pemasaran lainnya. Menurut Kotler (2000:222), tujuan pemasaran adalah memenuhi dan melayani kebutuhan dan keinginan konsumen sasaran. Tetapi mengenal kebutuhan konsumen tidaklah mudah. Para pelanggan mungkin saja menyatakan kebutuhan dan keinginan sedemikian rupa tetapi bertindak sebaliknya.
Produk yang ditawarkan pemasar untuk memenuhi kebutuhan atau keinginan konsumen meliputi barang, fisik, dan jasa. Salah satu produk dalam bentuk fisik adalah sabun. Sabun merupakan jenis produk yang dibutuhkan oleh semua kalangan, baik kalangan ekonomi rendah, menengah, dan tinggi. Konsumen memutuskan membeli sabun adakalanya dengan melihat manfaat yang ditawarkan produk, harga dan faktor-faktor emosional karena setiap orang dituntut untuk tetap bersih dan sehat. Salah satu upaya untuk menjaga tetap bersih dan sehat dalam membersihkan seluruh anggota badan (mandi) secara teratur.
Ciri manusia modern adalah membutuhkan sabun mandi untuk perawatan tubuh. Tingkat pendidikan yang tinggi, yang biasanya diikuti dengan semakin tinggi tingkat kesadaran akan kebersihan menjadikan sabun mandi adalah salah satu produk bisnis yang sangat menguntungkan.
Produk sabun mandi sebagai alat pembersih yang sekaligus memperindah kulit, banyak beredar dipasar dengan berbagai ragam merek. Hal ini dapat menyebabkan tingkat persaingan yang ketat baik menyangkut merek maupun produk. Untuk itu perlu dilakukan motivasi baik dalam hal promosi, reformasi produk maupun merek. Dilain pihak konsumen lebih bebas memilih merek atau produk yang sesuai dengan keinginan atau kebutuhannya, namun kebebasan ini dapat menyebabkan sikap konsumen yang positif dan negatif terhadap produk yang ditawarkan oleh produsen.
Pada industri sabun mandi dikenal ada dua jenis, yaitu sabun mandi biasa dan sabun mandi kesehatan. Dari sisi jenis produk sabun mandi biasa mendominasi produksi nasional dan sisanya adalah jenis sabun kesehatan. Sabun Lux adalah salah satu produk sabun mandi biasa yang diproduksi di Unilever. Lux adalah sabun pertama yang dipasarkan secara massal dan besar-besaran saat sabun ini diluncurkan pada tahun 1924. Bersama dengan Unilever, Lux merupakan salah satu produk unilever yang meraih kesuksesan saat mulai dipasarkan secara global, khususnya produk sabun Lux cair.
Sabun Lux cair memiliki lebih banyak keunggulan yaitu lebih praktis dan lebih banyak menghasilkan busa sehingga memberikan kesan mewah disetiap mandi. Kesuksesan tersebut tidak terlepas dari kinerja unilever dalam memasarkan produknya.
Para pemasar melakukan penetrasi produk juga menerapkan strategi harga bersaing. Sabun Lux dipasarkan dengan harga standart yaitu terjangkau namun juga tidak terkesan murahan. Hal tersebut menghilangkan citra negatif karena iklan sabun Lux selalu dibintangi oleh para artis-artis cantik selain itu untuk membedakan Lux dan sabun-sabun lain dan menjangkau penjualan jangka panjang, para pemasar menerapka “branding” untuk menegaskan image dari merek lux.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dirumuskan sebagai berikut :
Bagaimana pengaruh produk, harga dan faktor emosional terhadap keputusan pembelian sabun lux ?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengaruh produk, harga dan faktor emosional terhadap keputusan pembelian sabun lux
2. Untuk mengetahui seberapa besar persepsi konsumen terhadap produk , harga dan faktor emosional berpengaruh terhadap keputusan pembelian sabun lux

1.4 Hipotesis

Produk, harga dan faktor emosional berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian sabun lux




BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Produk

2.1.1 Pengertian produk
Produk dapat didefinisikan sebagai persepsi konsumen yang dijabarkan produsen melalui hasil produsinya yang meliputi konsep produk total : barang, kemasan, merek, label, pelayanan, dan jaminan (Ciptono 2001:95).

2.1.2 Kategori Produk

Untuk membantu strategi pemasaran dapat berjalan secara efektif, pemasar membagi produk berdasarkan proses pembelian dan penggunaannya menjadi produk konsumsi dan produk industri.
a. Produk konsumsi : barang atau jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga atau individual. Produk yang dibeli konsumen akan langsung dikonsumsi sendiri. Produk itu tidak akan digunakan sebagai bahan baku produksi barang lain atau dijual kembali.
b. Produk industrial : barang atau jasa yang digunakan oleh perusahaan untuk memproduksi barang atau jasa lain, atau dibutuhkan untuk kegiatan operasioanl perusahaan.

2.2 Harga

2.2.1 Pengertian Harga
Harga merupakan satu-satunya unsur bauran pemasaran yang memberikan pemasukan dan pendapatan dari perusahaan, sedangkan ketiga unsur lainnya (produk, distribusi dan promosi) timbulnya biaya (pengeluaran). Disamping itu harga merupakan unsur bauran pemasaran yang bersifat fleksibel, artinya dapat diubah dengan cepat.
Menurut Kotler 2001:195 harga adalah nilai yang dipertukarkan konsumen untuk suatu manfaat atas pengkonsumsian, penggunaan atau kepemilikan barang atau jasa.

2.2.2 Tujuan Penetapan Harga
Penetapan harga merupakan suatu masalah jika perusahaan akan menetapkan harga untuk pertama kalinya. Ini terjadi ketika perusahaan mengembangkan atau memperoleh produk baru, ketika akan memperkenalkan produknya kesaluran distribusi baru atau daerah baru, ketika akan melakukan penawaran atau suatu perjanjian kerja baru. perusahaan harus memutuskan dimana ia akan menempatkan produknya berdasarkan mutu dan harga.
Menurut Kismono (2001:347) tujuan penetapan harga bagi perusahaan yaitu :
1. Mempertahankan kelangsungan operasi perusahaan
2. Merebut pangsa pasar
3. Mengejar keuntungan
4. Mendapatkan return on invesment atau pengambilan modal
5. Mempertahankan status Quo

2.2.3 Strategi Penetapan Harga

Setelah harga dasar ditentukan dengan pendekatan permintaan, penawaran, pendekatan biaya dan pendekatan pasar, pada tahap berikutnya pemasar perlu menetapkan strategi harga. Strategi penetapan harga yaitu :
a. Strategi harga produk baru
1. Skimming : penetapan harga yang relatif tinggi pada saat produk diluncurkan pertama kali dipasar. Perusahaan yang memproduksi produk berteknologi tinggi menginvestasikan dana yang besar untuk riset dan pengembangan produk, serta memanufaktur.
2. Penetration pricing : meluncurkan produk dengan harga yang murah untuk memperoleh pangsa pasar yang luas atas barang dan jasa. Tujuan perusahaan menetapkan strategi ini adalah untuk penetrasi pasar secepat-cepatnya dan membangun loyalitas merek.

b. Strategi harga psikologi
1. Prestige pricing : menetapkan harga yang tinggi untuk menanamkan citra (image) kualitas tinggi.
2. Old pricing : penjual menetapkan harga yang ganjil atau sedikit dibawah jumlah genap.
3. Multiple unit pricing : perusahaan menjual produk dengan harga yang berbeda untuk model yang berbeda dalam lini produk tertentu.
4. Leader pricing : perusahaan pengecer sering menggunakan strategi ini dengan menjual beberapa produk menarik dengan harga yang lebih rendah dibandingkan harga normal.

c. Strategi harga diskon
Strategi ini banyak digunakan oleh perusahaan dengan memberikan potongan harga atau diskon untuk meningkatkan penjualan. Diskon dapat berupa cash discount, trade discount, dan quality discount.

d. Strategi harga kompetitif
1. Relative pricing : strategi penentuan harga dengan menetapkan harga diatas, dibawah atau sama dengan tingkat harga perusahaan-perusahaan dalam menetapkan harga mengikuti gerakan pesaing.
2. Follow the leader pricing : dalam menetapkan harga dengan metode ini perusahaan tidak menetapkan harga sendiri, namun bereaksi mengikutin harga sendiri, namun bereaksi mengikuti harga yang ditetapkan pemimpin pasar perusahaan-perusahaan skala menengah dan kecil mengikuti harga yang telah ditentukan perusahaan basar untuk menghindari perang harga.

2.3 Faktor Emosional

2.3.1 faktor pribadi
keputusan seorang dalam menyelesaikan masalah dipengaruhi oleh karakteristik pribadi seperti umur, jabatan, keadaan ekonomi, gaya hidup dan konsep hidup pengambil keputusan (setiadi 2003:43).
a. Usia
Daur hidup orang akan mengubah barang dari jasa yang mereka beli sepanjang kehidupan mereka. Selera dan kebutuhan akan berubah sesuai pertambahan usia. Pembelian dibentuk oleh daur hidup keluarga sehingga pemasar perlu mempertimbangkan perubahan minat pembeli yang berhubungan dengan daur hidup manusia.

b. Jabatan
Pekerjaan seseorang akan mempengaruhi barang dan jasa yang dibelinya. Dengan demikian pemasar dapat mengidentifikasi kekompok yang berhubungan dengan jabatan yang mempunyai minat diatas rata-rata produk mereka.

c. Keadaan Ekonomi
Keadaan ekonomi akan sangat mempengaruhi pilihan produk. Pemasar yang produknya peka terhadap pendapatan dapat dapat dengan seksama memperhatikan kecenderungan dalam pendapatan pribadi, tabungan, dan tingkat bunga.

d. Gaya Hidup
Orang yang berasal dari subkultur, kelas sosial dan pekerjaan yang sama dapat menunjukkan gaya hidup yang berbeda. Gaya hidup seseorang menunjukkan pola kehidupan orang yang bersangkutan yang tercermin dalam kegiatan, minat dan pendapatannya.

e. Kapribadian dan Konsep Diri
Tiap orang memiliki kepribadian yang khas dan ini mempengaruhi Perilaku pembelian. Kepribadian sangat bermanfaat untuk menganalisis perilaku konsumen bagi berbagai pilihan produk.

2.3.2 faktor psikologi

Menurut Setadi (2003;14) faktor psikologi meliputi:
a) Motivasi
Motif adalah suatu kebutuhan yang cukup menekan seseorang untuk mengejar kepuasan.
b) Persepsi
Seseorang termotivasi akan siap bereaksi. Bagaimana orang itu bertindak
dipengaruhi oleh persepsi mengenai situasi yang dihadapinya. Dua orang dalam motivasi yang sama dan tujuan yang sama mungkin akan melakukan tindakan yang berbeda, hal ini disebabkan karena adanya perbedaan persepsi terhadap situasi yang mereka hadapi masing-masing.


2.3.3 Faktor Sikap

Sikap menuntun orang berperilaku secara relatif konsisten terhadap objek yang sama. Menurut Setiadi (2003:217) ada tiga komponen sikap yaitu:
a) Cognitif Component
Komponen ini terdiri dari kepercayaan konsumen dan pengetahuan tentang objek. Semakin banyak pengetahuan konsumen terhadap suatu produk, maka semakin positif kepercayaan mereka terhadap produk yang ditawarkan tersebut, maka akan semakin mendukung keseluruhan kompenen kognitif yang pada akhirnya akan mendukung keseluruhan dari sikap.

b) Affective Component
Perasaan dan reaksi emosional kapada suatu objek menunjukkan
komponen afektif dari sikap. Kebanyakan kepercayaan tentang produk
berhubungan dengan reaksi afektif.

c) Bahavioural Component
Komponen ini adalah respon dari seseorang terhadap objek dan aktivitas. Keputusan untuk memutuskan pembelian suatu produk atau tidaknya suatu produk akan memperlihatkan komponen bahavioural.


2.4 Keputusan Pembelian

2.4.1 Pengertian Keputusan Pembelian

Keputusan pembelian seseorang merupakan hasil yang saling berhubungan, saling mempengaruhi antara faktor-faktor budaya, sosial, pribadi dan psikologi (Setiadi, 2003:11). Banyak dari faktor ini tidak dapat dipengaruhi pemasar, namun faktor-faktor ini sangat berguna untuk mengidentifikasi pembeli-pembeli yang mungkin yang mungkin memiliki minat besar terhadap suatu produk. Pembelian meliputi keputusan konsumen mengenai apa yang dibeli,
kapan membeli, membeli atau tidak, dimana membeli dan bagaimana caranya.
Pembelian yang dilakukan konsumen dibagi atas tiga kelompok yakni:


a. Pembelian yang terencana
Bila konsumen telah menentukan pilihan produk dan merek jauh sebelum pembelian dilakukan.

b. Pembelian yang separuh terencana
Yaitu pada saat konsumen ingin membeli suatu produk tertentu tapi belum memutuskan merek produk yang akan dibelinya, pada saat ditoko barulah konsumen melihat dan memutuskan produk yang akan dibelinya.
c. Pembelian yang tidak terencana.
Yaitu pada saat konsumen memutuskan untuk membeli suatu produk tanpa merencanakan terlebih dahulu.


2.4.2 Proses Pengambilan Keputusan Pembelian

Menurut Setiadi (2003:16) proses pembelian yang spesifik terdiri dari urutan kejadian berikut : pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan membeli dan perilaku sesudah pembelian.
a. Pengenalan Masalah
Proses membeli diawali saat pembeli menyadari adanya masalah kebutuhan. Pembeli menyadari adanya perbedaan antara kondisi sesungguhnya dengan kondisi yang diinginkan.

b. Pencarian Informasi Pencarian informasi dapat dibagi dalam dua tingkatan, situasai pencarian yang lebih ringan dinamakan perhatian yang menguat. Pada tahap ini konsumen akan mencari informasi tentang produk yang akan dibeli. Selanjutnya akan mencari informasi secara aktif tentang produk yang akan dibelinya.

c. Evaluasi Alternatif
Pada evaluasi alternative konsumen akan membentuk penilaian atas
produk terutama berdasarkan kesadaran dan rasio. Beberapa konsep yang
membantu memahami proses evaluasi konsumen: pertama, konsumen
berusaha memenuhi suatu kebutuhan. Kedua, konsumen mencari manfaat
tertentu dari suatu produk. Ketiga konsumen memandang setiap produk
sebagai sekumpulan atribut dengan kemampuan yang berbeda-beda dan
memberi manfaat yang dicari untuk memuaskan kebutuhan.

d. Keputusan Membeli
Merupakan langkah konsumen setelah melakukan berbagai pertimbangan,
pada akhirnyamenentukan pembelian atau tidak berdasarkan yang telah
diterima konsumen berdasarkan urutan tersebut diatas.


e. Perilaku Sesudah Pembelian
Sesudah pembelian terhadap suatu produk yang dilakukan konsumen akan mengalami beberapa tingkata kepuasan atau ketikpuasan. Konsumen
tersebut juga akan terlibat dalam tindakan-tindakan sesudah pembelian dan
penggunaaan produk yang akan menarik minat pamasar. Pekerjaaan
pemasar tidak akan berakhir pada saat suatu produk dibeli, tetapi akan
terus berlangsung hingga periode sesudah pembelian.





BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian adalah Fakultas Ekonomi USU jln TM.Hanafiah
komplek Universitas Sumatera Utara Medan. Letak Fakultas Ekonomi USU
berada diantara Fakultas FISIP USU, Fakultas Pertanian USU, Perpustakaan
USU. Penelitian ini dilakukan mulai Agustus sampai Desember 2008.

3.2 Populasi dan Sampel

Populasi pada penelitian yakni Mahasiswi Manajemen Fakultas Ekonomi
USU angkatan 2005-2008 yang berjumlah 472 orang mahasiswi sedangkan
sampel yang diambil sebesar 20% dari jumlah populasi tiap angkatan. Jumlah
tersebut sudah cukup mewakili menurut Arikunto (2002:115)
Metode penarikan sampel menggunakan metode purposive sampling yaitu
sampel yang dipilih dengan kriteria tertentu. Kriteria sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswi yang membuat keputusan pembelian sabun Lux.

3.3 Jenis dan Sumber Data

Dalam penelitian yang dilakukan, penulis mempergunakan dua jenis data
untuk membantu memecahkan masalah:
1. Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari mahasiswi Fakultas Ekonomi Manajemen USU, yang dikumpulkan melalui wawancara dengan
responden dengan menggunakan koesioner melalui pertanyaan yang
diajukan sesuai denagn variabel yang teliti yaitu tentang produk, harga,
dan faktor emosional serta keputusan pembelian sabun Lux.
2. Data Sekunder, yaitu data yang berisikan informasi dan teori-teori yang
Digunakan untuk mendukung penelitian yang dilakukan. Penulis mendapatkan data sekunder dari buku-buku, majalah, serta data lainnya yang mendukung.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

1. Kuesioner
Yaitu dengan memberikan seperangkat pertanyaan tertulis kepada para
mahasiswi tentang persepsi mengenai produk, harga dan faktor emosional
terhadap keputusan pembelian sabun Lux.

2. Studi Pustaka
Dengan cara mengumpulkan data dan informasi dari buku, majalah, dan
lainnya yang berhubungan dengan penelitian.

3.5 Metode Analisis Data
a. Metode Analisis Deskriptif
Metode ini dilakukan dengan cara menyusun, mengelompokkan dan menganalisis data sehingga diperoleh gambaran tentang masalah yang dihadapi.
b. Analisis Regresi Linear Berganda
Metode analisis regresion linear berganda digunakan mengetahui seberapa besar pengaruh variabel babas (produk, harga, faktor emosional) terhadap variabel
terikat (keputusan pembelian).

SUMBER : WWW.GOOGLE.COM
JURNAL PERILAKU KONSUMEN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar